Kiriman : vavai@vavai.com
Posted: 15 Jul 2009 11:09 PM PDT
Segala sesuatunya, bilamana dilakukan secara berlebihan jadinya ya mengandung dan mengundang masalah. Termasuk di dalamnya Urusan MOS (Masa Orientasi Sekolah) bagi Murid Baru khususnya SMA. Alhamdu lillaah di SMAN 1 Kraksaan berjalan secara normal dan berakhir pada Kamis, 16 Juli 2009 dan mulai besok Pelajaran Tahun Pelajaran 2009/2010 dimulai. Bilamana ada Sekolah yang menerapkan MOS secara berlebihan, tentunya sungguh memprihatinkan. Untuk ini, tidaklah salah bilamana Blog Vavai yang dikirim lewat vavai@vavai.com mengulasnya. Mari disimak artikel di bawah ini.
Ilustrasi MOS dari sini.
Miris sekali mendengar cerita adik saya yang baru masuk SLTA dan mengalami MOS, mirip dengan berita soal kisah pilu penyelenggaraan MOS (Masa Orientasi Siswa) di harian Kompas :
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Masmur Pekanbaru melaksanakan masa orientasi siswa (MOS) terhadap murid baru dengan perpeloncoan ala militer.
Murid baru, baik laki-laki maupun perempuan, dijemur di terik matahari hingga pukul 12.00 WIB, disuruh makan nasi sisa, dan ditendang kalau dianggap melanggar disiplin oleh seniornya.
Pantauan ke sekolah ini, Rabu (15/7), terlihat para siswa yang sedang menjalani MOS berbaris di depan sekolah. Di dada mereka tertulis nama-nama binatang. Ada yang namanya tikus, kampret, virus H1N1, tupai, hingga anjing.
Kita ini sebenarnya mau jadi bangsa apa ? Jika guru pembina berangan-angan cara demikian merupakan upaya membentuk disiplin siswa, pantas saja negara ini memiliki problem sosial masyarakat yang tak pernah henti.
Disiplin macam apa yang bisa didapatkan dengan cara menuliskan nama panggilan mereka : anjing, kampret dan tikus ? Kalau ada siswa meninggal gara-gara MOS, apa yang mereka bilang selain cuma minta maaf dan salah prosedur ?
Saya sendiri wanti-wanti ke adik saya, jangan mau kalau disuruh melakukan sesuatu yang membahayakan atau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Buat apa sekolah ditempat yang dipimpin oleh para pembina yang bermasalah dengan kejiwaannya.
Generasi kita sekarang ini generasi pandai meniru, dan kebanyakan yang ditiru adalah segala yang buruk. Plonco yang banyak memakan korban dulu hanya ada saat masuk perguruan tinggi. Sekarang ? Lulus SD saja sudah menemui plonco dalam bentuk MOS di SMP.
Dulu coret-coretan karena kelulusan hanya ada di SMA, kemudian turun ke SMP dans sekarang anak lulus SD sudah main coret-coret juga.
Saya tidak tahu apa yang ada dibenak para guru pembina yang megawasi MOS jika pola pikirnya seperti salah seorang guru bernama Zul ini :
Di dekat guru pembina terletak kardus yang isinya macan-macam makanan mentah, petai, terung, dan lainnya. Makanan mentah ini nantinya akan dilahap para siswa baru tersebut. “Ini untuk melatih disiplin anak-anak. Soal disetrap sampai pukul 12.00 WIB, itu untuk mengetahui ketahanan fisik mereka. Makan petai mentah, untuk mengetahui sejauh mana siswa bisa beradaptasi dengan lingkungannya,” kata salah seorang guru pembina, Zul.
Mungkin ada baiknya si guru pembina yang disuruh melakukan apa yang ia sebut sebagai “upaya menanamkan kedisiplinan dan ketahanan fisik”. Memangnya itu anak mau mau diset sebagai serdadu ?
Kita mungkin cenderung abai dan sudah terlalu terbiasa pada realita semacam ini, namun jika kita membiarkannya, kita sama saja membiarkan anak-anak dibentuk dengan pola pembelajaran yang salah kaprah.
Bagi para penyelenggara pendidikan, cobalah berpikir lebih sehat dan lebih cerdas karena anda seorang pendidik. Jangan berlindung dibalik kewenangan hanya untuk memuaskan ego pribadi. Sudah nggak jaman menggunakan kekuasaan untuk kepuasan ego pribadi.
No comments:
Post a Comment