Posted: 13 Jan 2009 05:00 AM CST
Ini bukan aseli buatan SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21 namun hasil kiriman dari Kolom Blogger masenchipz@gmail.com. PSPB, P, SPB !!! (Penelitian Seseorang Pada Binatang, Penelitinya Suweeerrr, Pintar Banget !!!). Ikuti nich ... !!!
Bunyi dengungan nyamuk yang mengganggu pendengaran manusia ternyata adalah lagu cinta serangga itu. Hasil riset terbaru Cornell University, New York, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa nyamuk jantan dan betina mengepakkan sayap mereka dengan seirama untuk menciptakan nada yang harmonis sebelum kawin.
Ahli entomologis Cornell menemukan hal itu ketika meneliti nyamuk Aedes Aegypti jantan dan betina, vektor penyakit kuning dan demam berdarah. Hasil studi itu akan dipublikasikan dalam jurnal Science.
“Mereka saling berinteraksi secara akustik ketika jarak keduanya hanya beberapa sentimeter,” kata Ron Hoy, profesor neurobiologi dan perilaku di universitas itu. “Frekuensi ketika nyamuk jantan dan betina bertemu adalah sebuah harmonisasi atau penggandaan frekuensi kepakan sayap mereka, sekitar 400 hertz (vibrasi per detik) untuk betina, dan 600 hertz untuk jantan.”
Duet itu berlangsung beberapa saat sebelum pasangan nyamuk mencapai 1.200 hertz, hampir satu setengah oktaf di atas konser. “Frekuensinya jauh lebih tinggi daripada apa yang diperkirakan sebagai batas atas pendengaran nyamuk sebelumnya,” katanya.
Untuk menghasilkan frekuensi yang harmonis itu, nyamuk harus menyesuaikan resonansi harmonis ruang thorax mereka. Frekuensi harmonis itu bertemu pada frekuensi harmonis ketiga pada betina (tiga kali frekuensi dasar betina) dan harmonis kedua jantan (dua kali frekuensi dasarnya). Studi ini juga membuktikan adanya kekeliruan anggapan sebelumnya bahwa nyamuk betina tidak tuli.
Dalam mempelajari lagu cinta nyamuk ini, para ilmuwan mengurung nyamuk-nyamuk itu dan membiarkan mereka terbang melewati nyamuk lainnya untuk merekam nada dengungan sayap nyamuk dengan mikrofon khusus. Benjamin Arthur, seorang peneliti dalam tim Hoy, memasang elektroda dalam organ pendengaran di antenanya ketika hasil rekaman diputar kembali, untuk mengukur respons fisiologis nyamuk terhadap suara calon pasangannya.
Para ilmuwan berharap riset yang mereka lakukan itu bisa menjadi cara terbaik untuk mengendalikan populasi nyamuk di daerah rawan demam berdarah. “Dengan mempelajari sinyal nada terbangnya, kita bisa menentukan informasi apa yang dianggap penting oleh nyamuk dalam mencari pasangan,” kata Lauren Cator, ilmuwan dalam tim Hoy. “Dari informasi itu, kami bisa melepas transgenik seksi atau jantan mandul yang dapat bersaing dengan populasi liar.”
Sumber : TJANDRA | SCIENCEDAILY pada http://tempointeraktif.com/hg/sains/2009/01/12/brk,20090112-154955,id.html
P, SPB ? P, SP,"B ... !!!"
(Permisi, Suhu Pamitan Boleh ? Pintaku Satu Padamu,"Bolehlaaaaah ... !!!)
Ah, semoga artikel ini menambah wawasan kita. Ayo dong, mana Para Peneliti Bangsa Indonesia ? Semoga muncul Para Peneliti yang bisa bermanfaat untuk seluruh Ummat Manusia khususnya Indonesia. Salam sukses !!!
Ahli entomologis Cornell menemukan hal itu ketika meneliti nyamuk Aedes Aegypti jantan dan betina, vektor penyakit kuning dan demam berdarah. Hasil studi itu akan dipublikasikan dalam jurnal Science.
“Mereka saling berinteraksi secara akustik ketika jarak keduanya hanya beberapa sentimeter,” kata Ron Hoy, profesor neurobiologi dan perilaku di universitas itu. “Frekuensi ketika nyamuk jantan dan betina bertemu adalah sebuah harmonisasi atau penggandaan frekuensi kepakan sayap mereka, sekitar 400 hertz (vibrasi per detik) untuk betina, dan 600 hertz untuk jantan.”
Duet itu berlangsung beberapa saat sebelum pasangan nyamuk mencapai 1.200 hertz, hampir satu setengah oktaf di atas konser. “Frekuensinya jauh lebih tinggi daripada apa yang diperkirakan sebagai batas atas pendengaran nyamuk sebelumnya,” katanya.
Untuk menghasilkan frekuensi yang harmonis itu, nyamuk harus menyesuaikan resonansi harmonis ruang thorax mereka. Frekuensi harmonis itu bertemu pada frekuensi harmonis ketiga pada betina (tiga kali frekuensi dasar betina) dan harmonis kedua jantan (dua kali frekuensi dasarnya). Studi ini juga membuktikan adanya kekeliruan anggapan sebelumnya bahwa nyamuk betina tidak tuli.
Dalam mempelajari lagu cinta nyamuk ini, para ilmuwan mengurung nyamuk-nyamuk itu dan membiarkan mereka terbang melewati nyamuk lainnya untuk merekam nada dengungan sayap nyamuk dengan mikrofon khusus. Benjamin Arthur, seorang peneliti dalam tim Hoy, memasang elektroda dalam organ pendengaran di antenanya ketika hasil rekaman diputar kembali, untuk mengukur respons fisiologis nyamuk terhadap suara calon pasangannya.
Para ilmuwan berharap riset yang mereka lakukan itu bisa menjadi cara terbaik untuk mengendalikan populasi nyamuk di daerah rawan demam berdarah. “Dengan mempelajari sinyal nada terbangnya, kita bisa menentukan informasi apa yang dianggap penting oleh nyamuk dalam mencari pasangan,” kata Lauren Cator, ilmuwan dalam tim Hoy. “Dari informasi itu, kami bisa melepas transgenik seksi atau jantan mandul yang dapat bersaing dengan populasi liar.”
Sumber : TJANDRA | SCIENCEDAILY pada http://tempointeraktif.com/hg/sains/2009/01/12/brk,20090112-154955,id.html
P, SPB ? P, SP,"B ... !!!"
(Permisi, Suhu Pamitan Boleh ? Pintaku Satu Padamu,"Bolehlaaaaah ... !!!)
Ah, semoga artikel ini menambah wawasan kita. Ayo dong, mana Para Peneliti Bangsa Indonesia ? Semoga muncul Para Peneliti yang bisa bermanfaat untuk seluruh Ummat Manusia khususnya Indonesia. Salam sukses !!!
No comments:
Post a Comment